Nama-nama Hari Kiamat dan Makna Yang Tersirat

Nama-nama Hari Kiamat dan Makna Yang Tersirat

NAMA-NAMA HARI KIAMAT DAN MAKNA YANG TERSIRAT

وَتَرَاهُمْ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُونَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّ ۗ وَقَالَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا إِنَّ الظَّالِمِينَ فِي عَذَابٍ مُقِيمٍ

“Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka pada hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal.” 
(QS. Asy-Syura: 45).

Saudaraku,
Pada kesempatan ini, kita akan mengkaji nama-nama hari kiamat yang tersebut dalam al-Qur’an. Tentu tujuannya bukan sekadar untuk mengenal nama-nama hari kiamat saja, tapi lebih dari itu, kita ingin mengilmui kedahsyatan hari kiamat berasaskan makna yang tersirat darinya. Pengetahuan ini akan melontarkan kita ke puncak ubudiyah dan pelayaran amal shalih di samudera waktu, sebagai manifestasi dari rasa takut yang menggunung karena membayangkan kengerian dan kedahsyatan hari itu.

Dalam tabiat bangsa Arab, keagungan suatu hal bisa dilihat dari seberapa banyak nama dan karakteristik yang dimilikinya. Imam Al-Qurthubi dalam karyanya ‘al-tazdkirah fi ahwal al-mauta wa al-akhirah’ menyebut bahwa pedang memiliki lebih dari lima ratus nama, hal itu menyiratkan banyaknya manfaat dan kegunaan-nya yang tiada terhitung.

Demikian pula dengan hari kiamat, memiliki banyak nama dan karakteristik yang melekat padanya. Umar al-Asyqar dalam kitabnya ‘al-qiyamah al-kubra’, menyebutkan paling tidak ada 22 nama hari kiamat yang paling populer yang tersebut dalam al-Qur’an.

Pertama, yaum al-qiyamah (hari kiamat).
Nama ini disebutkan dalam al-Qur’an di tujuh puluh ayat. ”Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat, lalu diseret muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan pekak.” (QS. Al-Isra’: 97).

Secara literal kiamat berasal dari kata “qaama yaquumu” yang berarti berdiri, kemudian dimasuki ta’ ta’nits (ة) untuk mubalaghah (ungkapan hiperbola). Dinamakan demikian karena terjadi padanya peristiwa-peistiwa yang agung. Di antaranya manusia berdiri menghadap Allah Rabb semesta alam, untuk mempertanggung jawabkan perbuatan dan amal perbuatan yang pernah dilakukannya di dunia. Satu keadaan yang sangat mendebarkan kalbu. Mengerutkan kening. Dan menundukan wajah serta melelehkan air mata.

Abdullah bin Umar r.a ketika membaca ayat, “yauma yaqumunnas li rabbil ‘alamin” pada hari itu manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam (QS. Al-Muthaffifin: 6), ia menangis sesunggukan dan tak mampu meneruskan ayat-ayat berikutnya. Membayangkan kedahsyatan hari itu.

Kedua, yaum al-akhir (hari akhir).
“Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari akhir.” (QS. Al-Baqarah: 232).

Hari kiamat, dengan sebutan hari akhir, Allah sebut dalam banyak ayat, di antaranya dalam surat al-Baqarah ayat: 177 dan ayat 232, at-Taubah: 18, an-Nisa’: 74, al-Qashash: 83 dan al-Ankabut: 64.

Hari kiamat disifati dengan hari akhir, karena tiada hari lagi setelahnya. Dunia telah berakhir. Kehidupan baru yang abadi dan kekal yang akan ditapaki oleh manusia.

Dalam keseharian kita, jika kita katakan kepada seseorang, “karir politik-mu telah berakhir” untuk mengungkapkan bahwa karir politiknya telah terputus, harapan sirna, tenggelam dalam kehancuran.

Ketiga, al-sa’ah (sesaat atau kiamat).
“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan waktunya.” (QS. Thaha: 15).

Hari kiamat, Allah bahasakan dengan sa’ah dalam beberapa ayat, semisal al-Hijr: 85, Thaha: 15 dan al-Hajj: 1.

Al-Qurthubi mengulas, “al-sa’ah dalam bahasa Arab dipakai untuk mengungkapkan tentang bagian waktu yang tidak terbatas. Secara konvensional, ia merupakan bagian dari dua puluh empat jam dalam sehari semalam. Jika disebutkan secara mutlak dengan alif dan lam (al-sa’ah) adalah waktu yang sedang dialami, senada dengan kata sekarang. 

Dinamakan dengan al-sa’ah karena hari kiamat, ada kalanya karena eksistensinya telah dekat waktunya, ada kalanya bermaksud mengingatkan kejadian-kejadian agung yang ada padanya, atau dibahasakan dengan “al-sa’ah” karena kedatangannya mendadak secara tiba-tiba.” Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Tiada siaran tunda. Dan tak ada pengunduran waktunya.

Kenyataan ini yang menuntut kita untuk tidak lengah, lalai dan terlena dengan keindahan dunia. Kita siapkan bekal iman, ilmu, dan  amal secara maksimal untuk menyambut kedatangannya, yang ketibaannya terjadi dengan mendadak dan secara tiba-tiba.

Keempat, yaum al-ba’ts (hari kebangkitan).
“Hai manusia, jika kalian ragu tentang kebangkitan dari kubur, maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari tanah.” (QS. Al-Hajj: 5).

Dalam kamus ‘lisan al-arab’, Ibnu Manzhur menyebut, al-ba’ts maksudnya bahwa Allah menghidupkan kembali orang yang telah mati. Menghidupkan orang mati artinya membangunkannya untuk dibangkitkan.” 

Keadaan manusia dibangkitkan pada hari kiamat, sebagaimana disebutkan dalam hadits ummul mukminin Aisyah r.a, 

“Manusia dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang kaki, telanjang bulat dan dalam keadaan belum dikhitan.” Aisyah bertanya, “Ya Rasulullah, laki-laki dan perempuan bisa saling melihat aurat satu sama lainnya?.” Beliau menjawab, “Urusan pada hari itu lebih dahsyat dari sekadar memikirkan hal tersebut ya Aisyah.” (HR. Bukhari, no. 6527, Muslim, no. 2859 dan Ibnu Majah, no. 4276).

Kondisi sulit dan terjepit, sering kali membuat seseorang tiada sadar dengan apa yang diucapkan lisan dan diperbuat anggota tubuhnya serta lupa dengan peran akal yang sangat vital dalam melayari samudera hidup.

Saat kaum musyrikin lari tunggang langgang, menyelamatkan diri dari kejaran kaum muslimin pada perang Badar tahun 2 H, mereka bertemu dengan Abu Sufyan dan kafilah dagangnya di perjalanan menuju Mekkah. Abu Sufyan heran dengan apa yang dilihatnya dari mereka. Sebagian mereka memakai sandal dengan bersilang. Satu sandal dipakai di tangan kanannya dan yang lain di kaki kirinya. Hal itu terjadi karena akalnya disibukkan dengan cara menyematkan diri dari kematian, mengakibatkan mereka berbuat di luar nalar manusia. Bagaimana dengan keadaan di padang mahsyar kelak?. Allahul Musta’an. 

Kelima, yaum al-khuruj (hari keluarnya manusia dari kubur).
“Kemudian apabila Dia memanggil kamu dengan sekali panggil dari bumi, maka seketika itu pula kamu keluar dari kubur.” (QS. Ar-Rum: 25).

Penamaan hari kiamat dengan yaum al-khuruj, Allah sebut dalam surat Qaaf: 42, al-Ma’arij: 43, dan ar-Rum: 25. 

Dinamakan demikian karena saat sangkakala kedua ditiup, manusia keluar dari kubur-kubur mereka.

Setelah ditiupnya sangkakala dengan tiupan yang membangkitkan (nafkhatul ba’tsi), mereka bangkit dari alam kubur (alam barzakh), untuk menghadap Allah Ta’ala dalam rangka mempertanggung-jawabkan amalan-amalan mereka ketika hidup di dunia.

Manusia akan tumbuh dari tulang yang sangat kecil yang terletak di bagian bawah tulang sulbi (tulang ekor), setelah turunnya hujan pada hari kiamat. 

Nabi s.a.w bersabda, “Kemudian Allah menurunkan air hujan dari langit. Lalu (jasad-jasad) mereka akan tumbuh seperti tumbuhnya sayuran. Jasad manusia akan hancur kecuali satu tulang yaitu ‘ajbu adz-dzanab’. Dari tulang itulah manusia akan tumbuh kembali pada hari kiamat.” (HR. Bukhari, no. 4651 dan Muslim, no. 2955).

An-Nawawi dalam karyanya ‘syarh shahih Muslim’ mengomentari hadits di atas, “Ajbu adz-dzanab adalah tulang yang sangat kecil, terletak di bagian bawah tulang ekor dan dia adalah ujungnya. Tulang itulah yang pertama kali tercipta dari anak keturunan Adam, dan yang akan tetap ada (tidak hancur) sehingga dia dibangkitkan darinya.” 

Saudaraku,
Ilmu yang tidak menggerakkan hati, akal dan anggota tubuh kita untuk beramal adalah kesia-siaan belaka. Sepertimana amal shalih yang tidak dibangun di atas pondasi ilmu adalah hampa. Sedangkan ilmu dan amal, yang tidak memantul dari hati yang ikhlas, suci dan bersih adalah fatamorgana belaka, semu, tiada balasannya di sana. Di akherat sana. Wallahu a’lam bishawab.

Metro, 25 Juni 2020
Fir’adi Abu Ja’far

Terima kasih telah membaca, mudah-mudahan apa yang anda baca ada manfaatnya. Dengan senang hati, jika anda berkomentar pada tempat yang disediakan dengan bahasa yang santun..

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca, mudah-mudahan apa yang anda baca ada manfaatnya. Dengan senang hati, jika anda berkomentar pada tempat yang disediakan dengan bahasa yang santun..

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama