Kemunculan Dajjal : Seburuk-Buruknya Mimpi #2

Ilustrasi

Kemunculan Dajjal : Seburuk-Buruknya Mimpi (bag.2)
(Pembinasa Ke-enam)

» بادروا بالأعمال سبعًا، هل تنتظرون إلا فقراً مُنسيًا، أو غنًى مُطغيًا، أو مرضاً مُفسدًا، أو هَرَماً مُفنِّدًا، أو موتاً مُجهِزًا، أو الدجال، فشر غائب ينتظر...... ؟ «

“Segeralah kalian melakukan amal shalih karena tujuh hal. Apakah kalian menunggu hingga mengalami kefakiran yang melupakan, kekayaan yang melampaui batas, penyakit yang membinasakan atau masa tua yang membuatnya menyeracah, atau kematian yang mengagetkan, atau (kemunculan) dajjal, seburuk buruk perkara gaib yang ditunggu….” 
(HR. Tirmidzi, no. 2306).

Saudaraku,
Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah dalam syarh Riyadhus Shalihin, menyebutkan bahwa Dajjal merupakan bentuk hiperbola dari kata ‘dajal’ yang bermakna ‘al-kadzib’ (dusta). Dajjal berarti orang yang banyak berdusta. Orang yang tidak melekat padanya warna karakter melainkan sebagai seorang pendusta.

Yang tawarkannya surga pada hakikatnya adalah neraka. Dan apa yang dikatakannya neraka pada substansinya adalah surga. Air yang dia bawa, sebenarnya adalah api yang panas. Dan api yang dia sebut sesungguhnya adalah air. Kebenaran yang dia ucapkan sejatinya adalah sebuah kebathilan. Dan sebaliknya kebathilan yang dipaparkannya, sebenarnya adalah sebuah kebenaran.

Ibnu Hajar rahimahullah meyatakan bahwa Dajjal, menutupi kebenaran dengan kebathilan. Dikatakan ‘dajjala al-ba’ira bi al-qatran’ ketika ia menutupi unta dengan tir.’ ‘Dajjala al-ina’a bi al-dzahabi’ kala ia menyepuh wadah dengan emas.’

Ibnu Duraid berkata, dia dinamakan Dajjal, karena dia menutupi kebenaran dengan kedustaan.’ Ada yang berpendapat, “karena ia menjelajah ke penjuru bumi.” Dan pendapat lain, “Dinamakan Dajjal karena ia menutupi (menguasai) bumi.”

Oleh karena itu, sebelum munculnya Dajjal sebagai fitnah terbesar akhir zaman, muncul di muka bumi ini dajjal-dajjal kecil. Yang kelasnya sebatas mengaku sebagai nabi, dan tidak mengaku sebagai tuhan yang disembah.

Rasulullah s.a.w bersabda,
“Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga beberapa kelompok dari umatku mengikuti kaum musyrikin dan hingga mereka menyembah berhala, dan sesungguhnya akan ada pada umatku tiga puluh orang pendusta, semuanya mengaku bahwa ia adalah seorang Nabi, padahal aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahku.’” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan di-shahihkan syekh alBani dalam shahih al-jami’ ash-shahir, no. 7295).

Saudaraku,
Suatu saat ada yang bertanya terkait dengan gelar al-masih yang diberikan kepada nabi Isa a.s dan melekat pula julukan tersebut pada sosok Dajjal. Apa bedanya status al-masih pada keduanya?.

Jawabannya, bahwa kedua al-masih akan bertemu bahkan al-masih ‘Isa r.a akan membunuh al-masih Dajjal. Sehingga tersebut ungkapan dalam kamus al-misbah al-munir karya al-Fayumi,

» إِنَّ المَسِيحَ يَقْتُلُ المَسِيحَ «
“Sesungguhnya al-Masih (Nabi Isa) membunuh al-Masih (Dajjal).”

Umar Sulaiman al-Asyqar dalam karyanya al-qiyamah al-shughra, menukil pekataan Ibnu Atsir, ”Dajjal dijuluki al-masih karena salah satu matanya ‘mamsuhah’ terhapus atau hilang, tidak memiliki mata dan alis. Sedang Isa a.s bergelar al-masih, karena beliau mengusap yang sakit dan sembuh dengan izin Allah.

Ibnu Manzhur dalam kamus ‘lisan al-‘arab’ menjelaskan, “Ada yang berpendapat, beliau (nabi Isa) disebut al-Masih, karena beliau mengusap dengan tangannya  orang yang sakit, buta sejak lahir, penderita kusta, kemudian sembuh dengan izin Allah.”

Dalam kamus al-mu’jam al-wasith dinyatakan, makna al-Masih adalah ‘katsir al-siyahah’ banyak mengembara. Dengan demikian secara etimologi, al-masih disematkan pada siapa saja yang banyak mengembara.

Ibnu Manzhur menyebut orang yang banyak mengembara disebut al-Masih, karena dia mengusap (menyapu) permukaan bumi. Nabi Isa disebut al-Masih, karena beliau termasuk menusia yang banyak mengembara, melakukan perjalanan jauh dan tidak menetap di satu tempat.


Saudaraku,
Kemunculan Dajjal yang hanya empat puluh hari lamanya. Dengan rincian nabi s.a. w, hari pertama lamanya seperti satu tahun. Hari kedua seperti satu bulan. Hari ketiga seperti satu pekan dan hari-hari selanjutnya normal seperti hari-hari biasa.

Kecepatan jelajah yang dimilikinya, Dajjal mampu menjelajah bumi, timur dan baratnya. Utara dan selatannya. Kecuali Mekkah dan Madinah (yang masuk wilayah tanah haram), yang tidak dimasuki Dajjal. Karena pintu masuk dua wilayah tersebut dijaga oleh Malaikat.

Banyak orang yang kufur kepada Allah dan menjadi pengikut Dajjal, terlebih dari kaum Yahudi. Walau di dahinya tertulis ‘kafara’ kafir, tapi tidak semua orang mampu membacanya, terlebih bagi orang yang lemah imannya.

Saudaraku,
Pertanyaan yang melintas di benak kita, apa yang mesti kita perbuat agar kita terhindar dari fitnah Dajjal?.

Pertama, tajdid al-iman. Selalu memperbaharui keimanan kita. Agar hidup kita berpijak pada landasan yang kuat. Tidak terombang-ambing dengan kemilaunya dunia. Tidak tergoncang menghadapi ujian hidup. Tetap tegar di atas jalan kebenaran. Dan tidak ter-engah-engah mendaki puncak ubudiyah.

Kedua, mohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal. Dihayati kandungan do’a perlindungan kepada Allah dari empat perkara, setiap kita menutup tasyahud akhir kita, sebelum salam; dari siksa neraka Jahannam, azab kubur, ujian kehidupan dan kematian dan dari fitnah al-masih Dajjal.” (HR. Muslim, no. 588).

Ketiga, menghafal surat al-Kahfi, khususnya sepuluh ayat pertama dan terakhir darinya. Rasulullah s.a.w bersabda, “Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim, no. 809).

Dalam riwayat lain disebutkan, “Dari akhir surat al-Kahfi.” (HR. Muslim, no. 809).

Imam Nawawi berkata, “Ada ulama yang berpandangan bahwa sebab mendapatkan keutamaan seperti itu adalah karena di awal surat al-Kahfi terdapat hal-hal yang menakjubkan dan tanda-tanda kekuasaan Allah. Tentu saja siapa yang merenungkannya dengan benar, maka ia tidak akan terpengaruh dengan fitnah Dajjal. Begitu pula akhir surat al-Kahfi, mulai dari ayat 102 dari surat tersebut.”

Kami Merekomendasikan Membaca: Kematian Yang Mengejutkan

Keempat, membekali diri dengan ilmu. Jangan pernah lelah mengadakan perjalanan ilmu. Jangan menyerah dengan kesulitan dan rintangan dalam menuntut ilmu. Dan tentunya jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang sudah kita dapatkan. Tapi teruslah kita mendaki puncak ilmu. Di sana ada pelita. Di sana ada obor penerang. Di sana ada pemadam syubhat. Di sana ada peredam syahwat. Dan di sana ada pelontar derajat.

Saudaraku,
Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dengan hidayah-Nya dan melindungi kita dari beragam fitnah, yang dapat membahayakan agama kita dan masa depan kita di akherat sana. Aamiin. Wallahu a’lam bishawab.

Metro, 11 Juni 2020
Fir’adi Abu Ja’far


Terima kasih telah membaca, mudah-mudahan apa yang anda baca ada manfaatnya. Dengan senang hati, jika anda berkomentar pada tempat yang disediakan dengan bahasa yang santun..

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca, mudah-mudahan apa yang anda baca ada manfaatnya. Dengan senang hati, jika anda berkomentar pada tempat yang disediakan dengan bahasa yang santun..

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama